1.1 Latar Belakang
Peningkatan pertumbuhan penduduk
tersebut akan menimbulkan kegiatan sosial ekonomi yang besar di kawasan
tersebut. Hal ini tentunya memerlukan dukungan infrastruktur yang memadai, di
mana infastruktur sebagai sistem fisik berupa fasilitas fisik atau bangunan
akan mendukung berfungsinya sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Grigg,
1998). Salah satu infrastruktur tersebut adalah sistem jaringan energi
ketenagalistrikan, di mana dalam menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat
pembangkit sampai ke pusat-pusat beban; seperti halnya kawasan industri, perkotaan,
pemukiman dan keperluan lain; diperlukan sistem penyaluran yang tepat, andal,
aman, dan ekonomis. Selain itu, hal ini sejalan pula dengan Universal
Service Obligation yang mengisyaratkan perlunya pelayanan energi
kelistrikan yang baik dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Salah
satu sistem penyaluran energi kelistrikan tersebut dilakukan melalui jaringan
transmisi tegangan tinggi dengan tegangan 500 kV atau dikenal dengan jaringan
transmisi sistem Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Pertimbangan
menggunakan tegangan ekstra tinggi untuk menyalurkan daya listrik untuk jarak
yang sangat jauh adalah untuk memperkecil kehilangan daya listrik pada jaringan
dan juga menghemat pemakaian penghantar (konduktor) pada sistem salurannya.
Keberadaan SUTET saat ini, yang
sementara ini masih berada di Pulau Jawa, dan direncanakan selanjutnya di Pulau
Sumatera dan Kalimantan, dalam perkembangannya dalam mengalami tantangan akibat
adanya perkembangan perkotaan dan pedesaan yang semakin pesat, sehingga
menimbulkan berbagai aktivitas dan membutuhkan lahan yang luas. Dalam kondisi
lahan terbatas, lahan di lingkungan-koridor SUTET semakin “terdesak”.
Lingkungan-koridor SUTET yang semula terletak pada wilayah perdesaan atau
dominan di lahan tidak terbangun saat ini telah berkembang menjadi suatu daerah
dengan aktivitas yang “padat” dan terbangun, atau yang semula berada pada
daerah suburban berkembang menjadi pada kawasan development area,
sehingga pemanfaatan ruang di lingkungan SUTET menjadi hal yang perlu
diperhatikan baik pengaruh yang timbul dari aktivitas terhadap kelangsungan
SUTET maupun sebaliknya pengaruh yang timbul atas keberadaan SUTET terhadap
aktivitas yang ada di sekitar atau
koridor SUTET. Permasalahan-permasalahan tersebut yang seringkali muncul di
kawasan perkotaan, muncul pula pada kawasan perdesaan dengan bentuk
permasalahan yang hampir sama namun lebih tidak kompleks.
Permasalahan penyelenggaraan
SUTET banyak ditemui pada jaringan SUTET yang melintasi daerah permukiman.
Terlepas dari apakah permukiman penduduk tersebut muncul sebelum atau sesudah
jaringan SUTET dibangun, isu permasalahan penyelenggaraan SUTET telah menjadi
isu nasional yang perlu segera ditindaklanjuti. Permasalahan sosial ekonomi :
rendahnya nilai lahan di bawah jaringan
SUTET, ancaman gangguan kesehatan terhadap masyarakat yang bermukim di sekitar
SUTET, serta ganti rugi lahan menjadi permasalahan yang mengemuka di lapangan.
Persepsi sebagian masyarakat yang beranggapan bahwa penyelenggaraan SUTET
membangkitkan medan listrik dan medan magnet yang dapat mengakibatkan leukimia,
kanker otak, dan gangguan psikis, ditengarai merupakan penyebab keresahan yang
terjadi selama ini. Dampak dari persepsi terhadap dampak negatif yang
ditimbulkan SUTET menyebabkan masyarakat menuntut pemerintah untuk memberikan
kompensasi atau ganti rugi atas kerugian ekonomi dan penderitaan (fisik atau
psikis) yang dialami, padahal pada kasus tertentu permukiman penduduk justru
baru muncul setelah dibangunnya jaringan SUTET.
Permasalahan
atau konflik-konflik tersebut perlu dipahami melalui hubungan dan dampak atas
penyelenggaraan SUTET terhadap ruang dan aktivitas di dalamnya, serta
sebaliknya. Hal ini tentunya dilakukan melalui kajian atas kondisi guna lahan
yang dilalui oleh jaringan transmisi SUTET serta kondisi sosial ekonomi
masyarakatnya. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka penyelenggaraan energi
sebagai salah satu infrastruktur perkotaan akan mendukung terwujudnya
keberlangsungan perkotaan berkelanjutan. Tentunya makna keberlanjutan kawasan
perkotaan tidak pada pengembangan alternatif sumber energi yang berkelanjutan,
namun bagaimana Sistem Jaringan Transmisi SUTET dapat mendukung keberlanjutan
kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan yang mendukungnya dengan menjamin
keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan kawasan perkotaan tersebut.
SUTET adalah singkatan dari Saluran Udara Tegangan Ekstra
Tinggi dengan kekuatan 500 kV yang ditujukan untuk menyalurkan energi listrik
dari pusat-pusat pembangkit yang jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban
sehingga energi listrik bisa disalurkan dengan efisien. Dalam menyalurkan
energi listrik tersebut terdapat radiasi medan magnet maupun radiasi medan
listrik yang sangat membahayakan. Berbagai macam kekhawatiran muncul akan dampak
SUTET terhadap kesehatan bagi penduduk yang tinggal di wilayah yang dilewati
jalur saluran transmisi tersebut. Sehingga kita harus mengetahui apa akibat
yang ditimbulkan oleh saluran transmisi tersebut. Dalam beberapa waktu
terakhir, demo tentang keberadaan SUTET marak terjadi. Banyak masyarakat yang
tinggal di sekitar SUTET mengeluhkan timbulnya bermacam penyakit. Benarkah
keberadaan SUTET berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Di Indonesia, SUTET (Saluran Udara
Tegangan Ekstra Tinggi) didefinisikan sebagai saluran atau hantaran udara untuk
mentransmisikan daya elektrik pada tegangan 500.000 Volt (500 kV). Tegangan
setinggi ini diperlukan untuk menekan susut daya dan susut tegangan di saluran
transmisi yang panjang. Tegangan ekstra tinggi 500 kV banyak dipakai di Eropa
dan Asia. Tegangan ultra tinggi 765 kV dan 1.100 kV dipakai di Amerika dan
Rusia. Pada tegangan yang sangat tinggi ini, saluran udara dipilih karena biaya
konstruksinya jauh lebih murah dibanding bila menggunakan kabel bawah tanah.
Saluran
Transmisi merupakan media yang digunakan untuk mentransmisikan tenaga listrik
dari Generator Station/ Pembangkit Listrik sampai distribution station hingga
sampai pada konsumer pengguna listrik. Tenaga listrik di transmisikan oleh
suatu
bahan konduktor yang mengalirkan tipe Saluran Transmisi Listrik.
Berdasarkan
sistem transmisi dan kapasitas tegangan yang disalurkan terdiri:
1.
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 200kV-500kV
Pada
umumnya saluran transmisi di Indonesia digunakan pada pembangkit
dengan kapastas 500 kV. Dimana tujuannya adalah agar drop tegangan dari
penampang kawat dapat direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh
operasional yang efektif dan efisien. Akan tetapi terdapat permasalahan
mendasar dalam pembangunan SUTET ialah konstruksi tiang (tower) yang
besar dan tinggi, memerlukan tanah yang luas, memerlukan isolator yang
banyak, sehingga memerlukan biaya besar. Masalah lain yang timbul dalam
pembangunan SUTET adalah masalah sosial, yang akhirnya berdampak padamasalah pembiayaan.
Gambar Tiang SUTET 500 kV
2.
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 30kV-150kV
Pada
saluran transmisi ini memiliki tegangan operasi antara 30kV sampai
150kV. Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau doble sirkuit, dimana 1
sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat dan
penghantar netralnya diganti oleh tanah sebagai saluran kembali. Apabila
kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada masing-masing
phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau Qudrapole) dan Berkas
konduktor disebut Bundle Conductor.
Gambar Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV
3.
Saluran Kabel Tegangan Tinggi (SKTT) 30kV-150kV
Saluran
kabel bawah tanah (underground cable), saluran transmisi yang
menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah.
Kategori saluran seperti ini adalah favorit untuk pemasangan didalam kota,
karena berada didalam tanah maka tidak mengganggu keindahan kota dan juga
tidak mudah terjadi gangguan akibat kondisi cuaca atau kondisi alam. Namun
tetap memiliki kekurangan, antara lain mahal dalam instalasi dan investasi
serta
sulitnya menentukan titik gangguan dan perbaikkannya. Saluran transmisi ini
menggunakan kabel bawah tanah, dengan alasan beberapa
pertimbangan:
a. Ditengah
kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat
sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower.
b. Untuk
Ruang Bebas juga sangat sulit karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung
tinggi.
c. Pertimbangan
keamanan dan estetika.
d. Adanya
permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.
Untuk
saluran transmisi tegangan tinggi, dimana jarak antara menara/tiang berjauhan,
maka dibutuhkan kuat tarik yang lebih tinggi, oleh karena itu digunakan kawat
penghantar ACSR. Kawat penghantar alumunium, terdiri dari berbagai jenis,
dengan lambang
sebagai berikut :
1. AAC
(All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang seluruhnya
terbuat dari alumunium.
2. AAAC
(All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.
3. ACSR
(Alumunium Conductor, Steel-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium berinti kawat baja.
4. ACAR
(Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat penghantar
alumunium yang diperkuat dengan logam campuran.
Transmisi.
Panjang Transmisi 500 kV sistem tenaga listrik Jawa Bali
Tahun 2010 bertambah menjadi 5.052 kms. Transmisi 150 kV menjadi
12.370 kms, sedangkan Transmisi 70 kV menjadi 3.608 kms.
Pembangunan
di semua sektor dan kebutuhan manusia yang semakin berkembang dan semakin
kompleks menyebabkan kebutuhan energi listrik juga meningkat. Permintaan
listrik masyarakat naik sekitar 9% per tahun. Laju pertumbuhan konsumsi tenaga
listrik di Indonesia yaitu sekitar 7,9% per tahun dan jauh di atas rata-rata
pertumbuhan konsumsi tenaga listrik dunia yang berkisar 3,6% per tahun (PLN,
2003). Untuk memenuhi kebutuhan listrik di berbagai tempat, pemerintah melalui
PT.PLN (persero) mengembangkan sistem jaringan terpadu berupa sistem
interkoneksi kelistrikan dari pusat-pusat pembangkit. Penyaluran tenaga listrik
ke tempat lain yang jaraknya jauh dilakukan melalui saluran transmisi tegangan
tinggi, yaitu Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi (SUTET). Walaupun teknologi pembangunan pembangkit beserta sistem
transmisinya telah diupayakan dengan teknologi yang canggih, dan aman, namun
tetap ada kendala yang dihadapi. Salah satu kendala tersebut adalah semakin
sulitnya menempatkan saluran transmisi bertegangan tinggi jauh dari pemukiman.
Pembangunan jaringan transmisi SUTET semula diupayakan melewati kawasan di luar
area pemukiman penduduk. Namun, pertumbuhan penduduk yang relatif besar
meningkatkan pertumbuhan pemukiman, sehingga menyebabkan pembangunan jalur
transmisi tenaga listrik terpaksa harus melewati kawasan pemukiman atau area di
sekitar pemukiman penduduk (Sulistyowati, 2005).
2.1 SUTET
SEBAGAI BAGIAN DARI SISTEM JARINGAN ENERGI LISTRIK
Sistem Jaringan Energi
Listrik dan Komponen Prasarananya terdiri atas: Pembangkit Tenaga Listrik,
Jaringan transmisi (SUTET dan SUTT-Saluran Udara Tegangan Tinggi), jaringan
distribusi (SUTM-Saluran Udara Tegangan Menengah dan SUTR-Saluran Udara
Tegangan Rendah), serta Gardu Induk (GITET-Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi
dan GI-Gardu Induk). Tenaga listrik yang dihasilkan melalui pembangkit tenaga
listrik disalurkan melalui jaringan listrik. Seperti diketahui, pada umumnya
pusat-pusat pembangkit tenaga listrik itu berada cukup jauh, bahkan sangat jauh
dari perkotaan, kawasan industri, maupun perumahan yang memerlukan daya listrik.
Jaringan listrik tersebut dikelompokkan menjadi jaringan distribusi dan
jaringan transmisi. Jaringan distribusi tenaga listrik adalah jaringan listrik
berada di sekitar pemakai seperti perumahan, perkotaan, maupun kawasan
industri. Jaringan distribusi tenaga listrik menggunakan tegangan lebih kecil
dari 35 kV (PUIL 2000). Sedangkan jaringan transmisi tenaga listrik adalah
sistem yang digunakan untuk menyalurkan daya listrik dalam kapasitas daya besar
(tegangan di atas 35 kV) dengan menggunakan sistem tegangan tinggi atau ekstra
tinggi dan daya listrik yang disalurkan cukup jauh.
Saluran transmisi berfungsi untuk
menyalurkan energi listrik dari pembangkitpembangkit besar ke pusat beban.
Karena pertimbangan teknis pada umumnya saluran transmisi tenaga listrik
memakai saluran transmisi di udara terbuka yaitu disebut SUTT (Saluran Udara
Tegangan Tinggi) atau SUTET. SUTET yang ada di Indonesia menggunakan tegangan
500 kV. Komponen lain dari sistem transmisi adalah Gardu Induk (GI), yaitu
tempat untuk mengumpulkan, mendistribusikan dan mentransmisikan daya listrik
dalam kapasitas daya besar. Dalam GI terdapat trafo tenaga/daya kapasitas skala
besar yang berfungsi untuk menaikan atau menurunkan tegangan dari sisi primer
ke sisi sekunder. Sedangkan Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) adalah
gardu induk dimana sistem tegangan kerja yang terpasang menggunakan tegangan
ekstra tinggi (dari 275 kV s/d 700 kV).
Gambaran mengenai sistem jaringan energi listrik dan komponen
prasarananya dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:
Gambar 1. Sistem Jaringan dan Komponen Prasarana Kelistrikan
Dalam sistem SUTET
se-Jawa aspek teknisnya ada dua, yaitu:
·
SUTET 500kV sirkit tunggal,
biasanya
terdiri dari dua tower, memiliki konfigurasi pemasangan konduktor yang berjajar
secara horisontal. Pertimbangan menggunakan sistem sirkit tunggal adalah untuk
memperkecil dari gangguan sambaran petir, disamping juga pertimbangan geografis
pegunungan
·
SUTET 500kV sirkit ganda,
biasanya terdiri dari satu tower. Pemakaian luas lahan jauh lebih sedikit,
namun konstruksi dari SUTET tersebut cukup tinggi dan sesuai digunakan di
daerah-daerah yang frekuensi petirnya rendah, dengan tinggi lebih kurang 58
meter.
Gambar 2.
SUTET 500 kV Sistem Sirkit Tunggal dan SUTET 500 kV
2.2 MANFAAT SUTET UNTUK KELISTRIKAN DI
INDONESIA
Jaringan sutet berfungsi untuk
mengalirkan listrik dari ujung ke ujung yang jaraknya ratusan kilometer
sehingga keandalan system kelistrikan tetap terjaga. Jaringan sutet teutama di
pulau jawa merupakan tulang punggung kelistrikan di pulau jawa dan sudah
terhubung secara interkoneksi. Peranan
SUTET dalam system Jawa – Bali antara lain:
·
Jaringan
SUTET 500 kV menyalurkan Daya Listrik dari Pembangkit-Pembangkit Utama ke
Gardu-Gardu Induk Utama [Pusat Beban].
·
Jaringan
SUTET 500 kV menghubungkan 4 sistem [Region] untuk menjamin sekuritas,
fleksibilitas operasi dan keekonomian operasi.
·
Mampu menyalurkan Daya yang
besar
·
Susut Jaringan yang rendah
·
Keandalan terhadap Gangguan
[a.l. petir, pohon, dsb] relatif lebih tinggi
[
BIL peralatan tinggi ]
·
Lebih Ekonomis
Peranan SUTET dalam kualitas tegangan dan
frekuensi antara lain:
·
Voltage Regulation yang baik
·
Lebih mudah dalam
pengendalian:
* Tegangan * Frekuensi
·
Dengan Sistem yang
terintegrasi jumlah gangguan lebih rendah
·
Fault clearing time di
disain kecil [ durasi kedip kecil]
Gambar Saluran SUTET dipulau Jawa
Gambar Pusat Pembangkit Listrik dipulau Jawa
Gambar
Jaringan SUTET dan Rencana Pengembangan dipulau Jawa
2.3 PERMASALAHAN SUTET DAN UPAYA
PENCEGAHANNYA
Dalam upaya pembangunan SUTET banyak terjadi kendala mengenai
pembebasan lahan dan isu dimasyarakat yang beredar bahwa tinggal di sekitar
SUTET membahayakan kesehatan. Untuk masalah operasi ada berbagai kendala
diantaranya:
·
Musim kemarau terjadi
bersamaan dengan beban puncak [Oktober]
·
Gangguan eksternal [galian
pasir, layang-layang, pencurian, kontaminasi dan korosi, dsb]
·
Terbatasnya cadangan operasi
·
Terbatasnya pasokan BBM
[untuk beberapa Pembangkit]
·
Keterlambatan pembangunan
SUTET 500 kV
·
Sulitnya pembebasan tanah
untuk: Tapak tower, Gardu induk, Right of way [ROW]
·
Penolakan masyarakat
terhadap keberadaan SUTET [yang
mengeluhkan masalah kesehatan, dll]
Apabila SUTET terganggu maka
ada beberapa masalah yang akan timbul diantaranya sebagai berikut:
·
Daya listrik tidak dapat
dimanfaatkan secara optimum
·
Keamanan pasokan tenaga
listrik: Pemadaman bergilir
·
Kualitas daya listrik
terganggu: Banyak gangguan, Tegangan dan frekuensi tidak stabil
·
Penambahan pelanggan akan
terbatas
·
Peluang pertumbuhan ekonomi
terganggu [menjadi lambat]
·
Faktor sosial lainnya
[pendidikan, dll] terganggu.
1.
Tersedianya
suplai listrik yang andal [aman], berkualitas dan ekonomis sangat diperlukan
untuk menunjang Pembangunan dan tercapainya Kesejahteraan Masyarakat
2.
Transmisi
Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi adalah komponen yang sangat penting yang
merupakan tulang punggung keandalan penyediaan tenaga listrik di Jawa-Bali
3.
Kerjasama
dan dukungan masyarakat dalam pengembangan sarana khususnya SUTET sangat
diperlukan untuk mencapai suplai listrik yang andal, berkualitas, dan ekonomis
Keberadaan jaringan energi listrik, salah satunya
melalui sistem transmisi SUTET, melalui pemahaman atas pola hubungan antara
SUTET dengan guna lahan yang dilaluinya dapat mendukung keberadaan kawasan perkotaan.
Secara ekonomi SUTET mendukung fungsi kawasan perkotaan sebagai penggerak pembangunan
bagi wilayah sekitarnya melalui listrik yang ditransmisikan. Secara sosial
SUTET mendukung kegiatan sosial – aktivitas manusia
dalam
mengisi ruang yang saling mendukung dan serasi dengan aktivitas lain di
dalamnya dan juga pola hubungan yang positif terhadap SUTET maupun sebaliknya.
Secara lingkungan, SUTET dapat menjadi
pengendali pertumbuhan kawasan yang tidak terkendali, terutama penetrasi pada
kawasan konservasi dan kawasan kepadatan tinggi. Dengan pemenuhan ketiga aspek
tersebut, maka pembangunan kawasan perkotaan keberlanjutan dapat diperkuat dan memperkuat jaringan
transmisi SUTET.